Friday, 15 February 2013


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara yang berbasiskan pertanian. Hal ini didukung oleh letak negara yang berada di jalur khatulistiwa, dimana curahan sinar matahari diperoleh sepanjang tahun. Pertanian di Indonesia saat ini berkembang lambat, salah satu penyebabnya ialah semakin terbatasnya lahan pertanian di Indonesia. Selain itu, anggapan masyarakat bahwa bertani ialah pekerjaan kaum kelas bawah juga berperan menghambat perkembangan pertanian di Indonesia. Untuk itu dibutuhkan penyuluh sebagai motivator dan rekan dalam membangun pertanian Indonesia, sungguh ironis melihat Indonesia dengan kekayaan alamnya harus mengimpor bahan pangan dari negara lain. Dapat dikatakan bahwa ada sesuatu yang salah dengan pertanian Indonesia, salah satu faktornya ialah berkaitan dengan kegiatan penyuluhan dan tentu saja melibatkan penyuluh.

Menurut Maunder (1972) dalam Siti Sugiah M. Mugniesyah (2006), penyuluhan diartikan sebagai “Suatu pelayanan sistem yang menyebarluaskan keunggulan-keunggulan hasil dari suatu instiusi pendidikan kepada orang-orang yang tidak dapat mengikuti kegiatan tersebut dengan cara-cara yang normal/regular.” Sedangkan IR. Entang Sastraatmadja (1993:3) menyatakan bahwa, penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai pendidikan nonformal yang ditujukan kepada petani dan keluarganya dengan tujuan jangka pendek untuk mengubah perilaku termasuk sikap, tindakan dan pengetahuan ke arah yang lebih baik, serta tujuan jangka panjang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.”

Dari dua definisi di atas dapat dipetik kesimpulan bahwa penyuluhan pertanian ialah kegiatan mengkomunikasikan teknologi dari suatu institusi melalui pendidikan nonformal kepada petani dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Saat ini kondisi pertanian Indonesia sedang mengalami masa yang sulit. Hal ini ditandai oleh maraknya impor bahan makanan yang dilakukan pemerintah. Begitu pun dengan kondisi penyuluhan di Indonesia, dimana seringkali penyuluh bertugas dengan tidak baik.

Seharusnya kedua pihak, baik penyuluh maupun petani dapat bekerja sama dengan baik. Hubungan yang baik diantara kedua belah pihak akan meningkatkan kondisi pertanian Indonesia yang sedang terpuruk ini. Tidak hanya itu, kerjasama yang baik dapat membangun sektor perekonomian desa tersebut yang akan berimbas pada kesejahteraan masyarakat desa. Dalam cakupan yang lebih luas, hal ini dapat membangun kondisi negara yang sedang terpuruk.


1.2 Perumusan Masalah

Lingkungan Indonesia yang makmur tersebut ternyata tidak mampu mengangkat nama Indonesia dalam dunia pangan ataupun pertanian. Jika ditelusuri sebenaranya Indonesia bisa saja menjadi negara terkuat dalam bidang pertanian di dunia. Lantas, apakah yang sebenarnya terjadi di Indonesia?

Banyak faktor yang dapat mengakibatkan itu semua, dapat dikatakan sistem-sistem yang ada seperti politik, budaya, ekonomi dan lain sebagainya juga turut berperan dalam pertanian. Tetapi yang perlu ditekankan ialah perhatian terhadap pelaku utama pertanian itu sendiri yaitu petani, penyuluh, Deptan, dll.

Dari pengertian di atas, dalam makalah ini ada beberapa hal yang menarik untuk dikaji, antara lain :

1. Apa syarat- syarat utama dalam penyuluhan?

2. Apa syarat- syarat pelancar?

3. Bagaimana peran penyuluh terhadap kehidupan petani di desa?


1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembangunan pertanian yang meliputi syarat utama dan syarat pelancar.

2. Mengetahui peran penyuluh terhadap pembangunan pertanian dan desa.




1.4 Kegunaan Penelitian


Kegunaan bagi lingkungan akademik dan mahasiswa

Makalah ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi lingkungan akademik dan mahasiswa, yakni agar lebih memahami bahwa pertanian ialah salah satu keunggulan Indonesia yang sudah seharusnya dijaga. Selain itu, makalah ini diharapkan bisa menjadi pemicu bagi kaum akademik untuk lebih peduli dengan sektor pertanian di Indonesia.

Kegunaan bagi pemerintah dan masyarakat lokal

Makalah ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah dalam melakukan pendekatan yang lebih baik kepada petani melalui penyuluhnya. Selain itu, makalah ini juga diharapkan dapat memberikan masukan akan metode yang tepat untuk melakukan program penyuluhan. Sedangkan bagi masarakat lokal, penelitian ini diharapkan dapat mengajak masyarakat untuk lebih menghargai pertanian.


Kegunaan bagi pembaca awam dan swasta

Makalah ini diharapkan dapat menggugah masyarakat dan pihak swasta agar tidak memandang rendah sektor pertanian. Memberi masukan kepada pihak tersebut bahwa pertanian ialah salah satu komoditi terbesar yang dimiliki Indonesia yang sudah sepatutnya didukung dan dikelola dengan baik. Selain itu, makalah ini juga diharapkan dapat membuat pihak swasta lebih peduli dengan sektor pertanian.







BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Syarat Utama Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian akan bergerak dengan baik apabila mengandung 5 (lima) syarat pokok seperti, teknologi yang selalu berubah, pasar bagi hasil-hasil usaha tani, tersedianya saprotan secara lokal, perangsang produksi bagi petani, transportasi. Selain syarat pokok tersebut juga terdapat syarat pelancar, yaitu pendidikan pembangunan, kredit produksi, kegiatan bersama (kelompok) oleh petani, perbaikan dan perluasan areal lahan, perencanaan nasional pembangunan pertanian. ( Mugniesyah, 2006 ).

Teknologi dalam pertanian adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan pekerjaan dan menghasilkan output yang lebih baik. Hal ini berbeda dengan istilah otomatisasi yang berarti menggantikan suatu pekerjaan yang dilakukan manusia dengan mesin ( Robbins, 2005 ).

2.2 Syarat Pelancar Pembangunan Pertanian


Syarat pelancar yang pertama ialah pendidikan pembangunan. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa masyarakat Indonesia masih menaruh kepercayaan yang tinggi terhadap tradisi dan kepercayaan. Adapun kebiasaan adalah berbagai bentuk perilaku dan tindakan yang diterima secara budaya, dan diturunkan secara turun temurun ( Sumarwan, 2002 ). Oleh karena itu dibutuhkan pendidikan ini yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh dari kebiasaai masyarakat yang kurang menunjang pertanian.

2.3 Peran Penyuluh dalam Kehidupan Petani

“Partisipasi rakyat dalam pembangunan bukan hanya berarti pengerahan tenaga kerja rakyat secara sukarela, tetapi justru yang lebih penting adalah tergeraknya rakyat untuk mau memanfaatkan kesempatan-kesempatan memperbaiki kualitas hidup sendiri. Pemabngunan selama empat pelita telah banyak membuka kesempatan itu, misalnya dengan tersedianya berbagai macam prasarana, sarana, dan kelembagaan untuk perbaikan bermacam aspek kehidupan. Untuk sektor pertanian misalnya, telah tersedia prasarana jalan, irigasi, teknologi maju dan pasar, sarana produksi seperti pupuk dan obat-obatan pemberantas hama penyakit, kelembagaan seperti perbankan untuk membantu permodalan, dan kelompok-kelompok tani yang siap dimanfaatkan sebagai wadah kerjasama antar petani. Apabila kesempatan-kesempatan itu tidak dimanfaatkan, maka kualitas hidup rakyat (petani) tidak akan berubah dan tujuan pengembangan pun tidak tercapai ( Margono, 2002 )
Sehubungan dengan hal di atas maka dibutuhkan peran penyuluh untuk mewujudkan pembangunan yang ideal. Penyuluh pada dasarnya dapat berperan sebagai Pengisi kehampaan pedesaan, Penyebar hasil-hasil penelitian, Pelatih pengambilan keputusan, Rekan pemberi semangat, Pendorong peningkatan produksi suatu komoditas, Pelayan pemerintah ( Mugniesyah, 2006 ).



BAB III PEMBAHASAN


3.1 Syarat Utama Pembangunan pertanian


Pembangunan pertanian akan bergerak dengan baik apabila mengandung 5 (lima) syarat pokok seperti, teknologi yang selalu berubah, pasar bagi hasil-hasil usaha tani, tersedianya saprotan secara lokal, perangsang produksi bagi petani, transportasi.[1] Selain syarat pokok tersebut juga terdapat syarat pelancar, yaitu pendidikan pembangunan, kredit produksi, kegiatan bersama (kelompok) oleh petani, perbaikan dan perluasan areal lahan, perencanaan nasional pembangunan pertanian.[2]

Selain itu perumusan perencanaan pembangunan pertanian, perlu disesuaikan dengan karakteristik wilayah dan ketersediaan teknologi tepat guna. Sehingga alokasi sumberdaya dan dana yang terbatas dapat menghasilkan output yang optimal, yang pada gilirannya akan berdampak positif terhadap pembangunan wilayah. Pengalaman yang sangat berharga bagi kita selama ini menjelaskan bahwa program pembangunan desa kurang terkoodinasi dalam suatu sistem yang baik dalam konteks sumberdaya maupun secara fungsional seringkali kurang menjamin dalam tiga hal yaitu, daya tahan, keutuhan dan berkesinambungan.[3]

Pembangunan pertanian haruslah sinergi dari pembangunan wilayah pedesaaan dimana memiliki tujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Berdasarkan poin tersebut, dapat dipaparkan bahwa industrialisasi pertanian seharusnya membawa cakrawala baru dalam pembangunan pedesaan. Meningkatkan produktivitas pertanian harus diikuti oleh peningkatan investasi dalam pertanian modern beserta industri pengolahan dan sektor jasa lainnya di desa. Pengembangan kawasan potensial dengan basis pedesaan sebagai pusat pertumbuhan akan mentransformasikan pedesaan menjadi kota-kota pertanian (agropolitan). Perkotaan pertanian ini diharapkan dapat mengimbangi interaksi antar wilayah secara sehat yang dapat menimbulkan aspek positif lainnya yaitu mengurangi arus urbanisasi penduduk. Di samping nilai tambah produksi pedesaan akan meningkat, industrialisasi juga akan mencegah berkembangnya pengangguran terdidik di desa, dan mendorong mereka untuk tetap bekerja dan berpartisipasi dalam pembangunan daerahnya, yang juga sebagai pusat-pusat pertumbuhan.[4]

Teknologi yang senantiasa berubah

Teknologi dalam pertanian adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan pekerjaan dan menghasilkan output yang lebih baik. Hal ini berbeda dengan istilah otomatisasi yang berarti menggantikan suatu pekerjaan yang dilakukan manusia dengan mesin.[5] Teknologi dalam pertanian dapat berupa alat-alat, pestisida, maupun metode bertani yang baru.

Dapat dikatakan bahwa pembangunan pertanian tanpa teknologi ialah hal yang mustahil. Keduanya berjalan secara beriringan, saling mengikat. Dalam pembangunan pertanian tentu akan sangat berbeda dalam segi kepraktisan maupun hasil tani apabila petani tersebut mengadopsi teknologi dibandingkan ia memakai cara tradisional.

Teknologi akan membantu petani meraih hasil secara maksimal dengan kerja yang relatif lebih ringan, tetapi dalam hal ini diperlukan pula biaya yang tidak sedikit. Hal inilah yang biasanya menjadi penghambat utama dalam pengadopsian teknologi pertanian di Indonesia. Untuk itu dibutuhkan bantuan pemerintah untuk memudahkan petani mengakses teknologi.

Selain itu, kesadaran petani akan pentingnya teknologi pun harus ditingkatkan. Dengan demikian teknologi dapat membantu petani secara maksimal, dapat dibayangkan apabila petani memiliki teknologi tersebut tetapi ia tidak dapat memakainya. Singkatnya petani harus dikenalkan kepada teknologi yang dapat memberinya keuntungan.

Pasar bagi hasil-hasil usaha tani

Hal ini mutlak diperlukan, sebab jika tidak ada pasar bagi hasil-hasil usaha tani pertanian seperti berjalan di tempat. Hasil pertanian akan cenderung dikonsumsi sendiri, dan hal ini tidak akan membangun pertanian sama sekali. Pasar bagi hasil-hasil tani diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan merangsang pertumbuhan pertanian Indonesia.

Pasar bagi hasil usaha tani selain berfungsi sebagai penampung hasil tani juga dapat berfungsi sebagai tempat komunikasi. Dalam hal ini komunikasi yang dimaksud mengkhususkan kepada mengeratkan kembali hubungan diantara petani. Dengan adanya pasar ini, tentu petani akan sering bertemu dan berinteraksi. Sehingga apabila salah satu petani menemui kesulitan, ia dapat meminta bantuan kepada teman-teman di pasar ini.


Tersedianya saprotan secara lokal

Berkaitan dengan teknologi pertanian yang saat ini lebih banyak ditemukan oleh pihak luar negeri, sehingga masyarakat yang berlokasi jauh dari kota besar sulit untuk mendapatkan teknologi tersebut. Sehubungan dengan hal itu maka adanya saprotan lokal akan sangat membantu petani dalam memanfaatkan teknologi tersebut. Tentu saja hal ini akan berakibat sangat baik bagi petani, dimana ia dapat meningkatkan produksinya dengan sejumlah teknologi.

Saprotan lokal sendiri akan lebih baik apabila berasal dari desa itu sendiri. Karena ia sudah sangat paham dengan kondisi petani di daerahnya sehingga ia akan lebih mentolerir harga disbanding dengan saprotan di kota besar yang kebanyakan tak acuh kepada petani, singkatnya saprotan kotan besar hanya ingin mengeruk keuntungan. Berbeda dengan saprotan lokal yang ingin membantu warganya.


Perangsang produksi bagi petani

Pada dasarnya petani menghendaki perbandingan harga yang menguntungkan, bagi hasil yang wajar, dan tersedianya barang dan jasa yang ingin dibeli oleh petani untuk keluarganya. Inilah rangsangan bagi para petani untuk terus bertani, mereka umumnya tidak suka ditindas dengan bagi hasil yang culas dan ingin hidup makmur dari bertani. Peran pemerintah sangat vital dalam hal ini, mereka harus dapat menciptakan kondisi yang kondusif sehingga hal ini dapat berjalan dengan baik.

Selain rangsangan dari pemerintah, penyuluh seharusnya dapat mendorong petani untuk menjadi lebih baik lagi. Penyuluh yang baik ialah penyuluh yang dapat memompa semangat “anak asuh”nya untuk menjadi lebih baik. Hal ini selanjunya akan dibahas pada peran penyuluh.

Transportasi

Tanpa alat transportasi mustahil pembangunan dapat dilakukan. Karena transportasi ialah akses untuk memasarkan hasil pertanian dari desa ke masyarakat luas di Indonesia. Pada umumnya jalur transportasi di Indonesia sudah cukup baik, hanya saja terdapat ketidakmerataan pembangunan dimana desa-desa kecil masih sulit dijangkau.

Pada dasarnya transportasi yang diperlukan oleh petani ialah hanya alat pengangkut hal-hal yang berhubungan dengan pertanian, seperti bibit, pupuk, pestisida dll. Alat ini dapat berupa truk sederhana atau mobil pick-up biasa, mereka tidak memerlukan sedan ataupun mobil mewah lainnya. Mereka membutuhkan kendaraan yang dapat “dipaksa” bekerja. Terutama yang berbahan bakar hemat, karena kita tahu saat ini harga bahan bakar sangat melambung jauh. Sehingga apabila kendaraan tersebut boros maka hampir dapat dipastikan petani akan enggan memakainya.



3.2 Syarat Pelancar Pembangunan Pertanian

Syarat pelancar yang pertama ialah pendidikan pembangunan. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa masyarakat Indonesia masih menaruh kepercayaan yang tinggi terhadap tradisi dan kepercayaan. Adapun kebiasaan adalah berbagai bentuk perilaku dan tindakan yang diterima secara budaya, dan diturunkan secara turun temurun.[6] Oleh karena itu dibutuhkan pendidikan ini yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh dari kebiasaai masyarakat yang kurang menunjang pertanian.

Pendidikan pembangunan sangat erat kaitannya dengan syarat utama teknologi yang senantiasa berubah. Dimana dengan pendidikan ini diharapkan petani dapat lebih mudah dalam menerima teknologi, sehingga petani dapat berpikir dengan lebih rasional bahwa teknologi ini dapat membantu mereka meningkatkan produksi tani mereka. Pendidikan pembangunan tidak dapat dilakukan secara instan, semuanya memerlukan proses. Untuk itu diperlukan kesabaran yang cukup dalam memberikan pendidikan ini.

Selain itu kredit produksi tentu dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat petani, untuk melakukan intensifikasi pertanian dan memperluas skala usaha tani atau untuk berinvestasi di sektor non pertanian. Kredit produksi ini erat kaitannya dengan ketersediaan saprotan lokal. Dengan adanya saprotan lokal diharapkan petani dapat lebih mudah untuk melakukan kredit produksi.

Kredit produksi sendiri dapat diperoleh melalui kelompok usaha tani atau koperasi desa. Dalam hal ini para petani diharapkan untuk segera bergabung dengan lembaga-lembaga tersebut. Apabila belum ada lembaga-lembaga seperti yang disebutkan di atas, hendaknya para petani segera membentuknya.

Syarat pelancar yang ketiga ialah kerjasama kelompok, karena kerjasama dalam kelompok memungkinkan anggota-anggotanya belajar secara bersama sehingga teknologi ataupun metode bertani yang baru dapat cepat menyebar dikalangan petani. Kerjasama ini mustahil dilakukan tanpa adanya interaksi yang intensif dari para petani.

Untuk memunculkan interaksi yang intensif tentu diperlukan wadah untuk melakukannya. Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa kehadiran pasar penampung bagi hasil tani, koperasi, kelompok tani, dan lembaga lainnya mutlak diperlukan. Dengan adanya lembaga-lembaga tersebut diharapkan interaksi menjadi intensif dan hasil pertanian dapat meningkat sehingga pembangunan pertanian dapat tercapai.

Sedangkan intensifikasi pertanian mutlak dilakukan untuk memelihara kesuburan tanah pertanian yang telah ada sehingga usaha tani lebih produktif, sementara ekstensifikasi dilakukan dengan membuka areal lahan baru pertanian di daerah-daerah yang memungkinkan untuk lahan pertanian. Tentu saja apabila hal ini dilakukan secara sembarangan, dapat merusak ekologi Indonesia oleh karena itu dibutuhkan penyuluhan untuk hal ini.

Apabila ekstensifikasi sulit untuk dilakukan, tidak ada salahnya petani mencoba untuk melakukan intensifikasi pertanian. Yaitu dengan memaksimalkan potensi tanah mereka. Mereka dapat melakukan penanaman palawija sebagai selingan ataupun melkukan mina padi, yaitu menanam padi sekaligus mengembangbiakkan ikan.

Perencanaan nasional adalah keputusan dan kebijakan yang ditentukan oleh pemerintah. Apabila kebijakan tersebut sudah dikeluarkan maka akan sulit untuk menolaknya hal inilah yang menjadikan perencanaan nasional memiliki peran vital dalam pembangunan pertanian. Petani mau tidak mau harus mengikuti kebijakan ini agar dapat bertahan.

Perencanaan nasional sebaiknya melibatkan semua pelaku pertanian. Sehingga diharapkan tidak ada yang merasa dikecewakan dengan kebijakan ini. Sebaliknya, semua pihak akan memiliki tanggung jawab yang sama besarnya karena keputusan ini diambil secara kolektif.

3.3 Peran penyuluh dalam kehidupan petani

Pembangunan pertanian harus diarahkan pada terciptanya tenaga petani yang terampil dalam mengelola usaha taninya. Juga terbentuknya masyarakat petani yang maju, bersemangat profesional sehingga mampu menghadapi tantangan dan permasalahan dalam melaksanakan usaha taninya.[7]


“Partisipasi rakyat dalam pembangunan bukan hanya berarti pengerahan tenaga kerja rakyat secara sukarela, tetapi justru yang lebih penting adalah tergeraknya rakyat untuk mau memanfaatkan kesempatan-kesempatan memperbaiki kualitas hidup sendiri. Pemabngunan selama empat pelita telah banyak membuka kesempatan itu, misalnya dengan tersedianya berbagai macam prasarana, sarana, dan kelembagaan untuk perbaikan bermacam aspek kehidupan. Untuk sektor pertanian misalnya, telah tersedia prasarana jalan, irigasi, teknologi maju dan pasar, sarana produksi seperti pupuk dan obat-obatan pemberantas hama penyakit, kelembagaan seperti perbankan untuk membantu permodalan, dan kelompok-kelompok tani yang siap dimanfaatkan sebagai wadah kerjasama antar petani. Apabila kesempatan-kesempatan itu tidak dimanfaatkan, maka kualitas hidup rakyat (petani) tidak akan berubah dan tujuan pengembangan pun tidak tercapai.”[8]
Sehubungan dengan hal di atas maka dibutuhkan peran penyuluh untuk mewujudkan pembangunan yang ideal. Penyuluh pada dasarnya dapat berperan sebagai Pengisi kehampaan pedesaan, Penyebar hasil-hasil penelitian, Pelatih pengambilan keputusan, Rekan pemberi semangat, Pendorong peningkatan produksi suatu komoditas, Pelayan pemerintah.[9]


Peran penyuluh sebagai pengisi kehampaan desa

Dalam hal ini penyuluhan pertanian bertugas pada masyarakat yang belum lengkap syarat-syarat pertaniannya. Petani pada dasarnya sudah mengetahui teknik yang cukup untuk bertani, peran penyuluh sebagai pengisi kehampaan desa ialah untuk melengkapi mereka dengan teknologi dan informasi baru. Sehingga petani dapat mengembangkan pertanian mereka.

Jika kendala yang terdapat ialah pasar bagi hasil-hasil tani maka penyuluh dapat mendorong mereka untuk segera membuatnya. Apabila yang belum tersedia ialah sistem irigasi yang baik maka penyuluh dapat turun langsung membantu menyelesaikan masalah tersebut. Dan begitu sterusnya, peran penyuluh disini ditekankan untuk melengkapi aspek-aspek pertanian yang belum lengkap atau berjalan baik.


Peran penyuluh sebagai penyebar hasil-hasil penelitian

Peranan ini tidak sepenuhnya tepat, karena inovasi tidak hanya berasal dari lembaga penelitian, tetapi para petani pun dapat melakukannya. Tetapi peranan penyuluh sebagai penyebar hasil penelitian memang ada. Terutama ketika penyuluh menemukan petani yang masih sangat tradisional

Seperti apabila petani masih melakukan hal-hal tradisional yang tidak menguntungkan bagi hasil pertanian itu sendiri. Penyuluh akan segera memberi pengertian kepada petani dan mentransfer hasil-hasil pertanian yang ia ketahui. Seperti disebutkan di atas bahwa peranan penyuluh sebagai penyebar hasil-hasil pertanian memilki kelemahan, diantaranya ketika ia mendapati sejumlah petani yang modern dan telah menemukan metode terbaik untuk pertaniannya. Jika hal ini yang terjadi, bukan tidak mungkin terjadi apabila penyuluh yang belajar dari petani.


Peran penyuluh sebagai pelatih pengambilan keputusan

Dalam hal ini penyuluh mempunyai peranan untuk membantu para petani untuk lebih terampil dalam mengambil keputusan yang terbaik bagi mereka sendiri. Seringkali petani yang hidup di desa yang cukup dalam masih menerapkan pola hidup pasrah kepada orang lain yang berasal dari kota, mereka menerima semuanya walaupun mereka ditipu mentah-mentah.

Peran ini akan membantu petani untuk lebih erani mengambil keputusan. Seperti keputusan harga jual, untung-rugi, menawar harga pupuk dan sebagainya. Diharapkan dengan adanya keberanian petani untuk mengambil keputusan akan berdampak pada tingkat perekonomin mereka, sehingga menjadi lebih baik. Selain itu, penyuluh juga dapat memberikan alternatif pilihan kepada petani ketika petani menghadapi keputusan yang sulit. Perlu ditekankan disini, keputusan sepenuhnya diambil oleh petani, penyuluh hanyalah sebagai bahan pertimbangan.


Peran penyuluh sebagai rekan pemberi semangat

Dalam hal penerapan teknologi, pada umumnya masyarakat desa masih takut menanggung resiko dan mengutamakan kebersamaan. Oleh karena itu, dibutuhkan rekan pemberi semangat untuk mendorong mereka dalam mengadopsi teknologi. Sebetulnya sikap takut menanggung resiko itu wajar tetapi apabila petani terus takut maka tidak hanya berdampak pada pertanian Indonesia yang tidak maju-maju tetapi juga berdampak pada kehidupan petani tersebut.

Tidak hanya menyemangati saja peran penyuluh disini tetapi juga member semangat para petani untuk terus maju. Inovasi akan muncul dengan sendirinya apabila petani ma uterus mencoba. Hal ini tentu akan sangat menguntungkan petani, dengan penyuluh yang terus mendampingi dan member semangat diharapkan pertanian Indonesia dapat berkembang.

Peran penyuluh sebagai pendorong peningkatan produksi suatu komoditas

Hal ini berkaitan dengan usaha pemerintah untuk meningkatkan suatu komoditas tertentu. Pemerintah biasanya akan menginstruksikan penyuluh agar menyarankan pada penduduk desa untuk menanam komoditas tertentu. Disini pemerintah berperan sangat besar, apabila komoditas yang disarankan tepat maka hasilnya akan menguntungkan banyak pihak.

Komoditas tertentu dapat menghasilkan keuntungan yang sangat besar bagi Indonesia. Hal ini terkait dengan perdagangan antar negara, terutama ekspor. Telah kita ketahui Indonesia terkenal dengan rempah-rempah, kelapa sawit, kopi, dll. Apabila dimaksimalkan hal ini akan berdampak baik bagi seluruh negara. Oleh karena itu, peran penyuluh disini sangat penting.

Peran penyuluh sebagai pelayan pemerintah

Peran ini terkait dengan kepentingan pemerintah, seperti peran pendorong penigkatan suatu komoditas tertentu. Selain itu peran penyuluh sebagai penyebar hasil-hasil penelitian juga mengindikasikan penyuluh sebagai pelayan pemerintah. Penyuluhan tidak akan berhasil sepenuhnya apabila penyuluh terus tunduk pada pemerintah, karena pemerintah tidak tahu kondisi lapangan yang sebenarnya.




BAB IV PENUTUP


4.1 Kesimpulan

Pembangunan akan berjalan apabila terdapat 5 (lima) syarat pokok yitu, teknologi yang selalu berubah, pasar bagi hasil-hasil usaha tani, tersedianya saprotan secara lokal, perangsang produksi bagi petani, transportasi. Juga terdapat syarat pelancar, yaitu pendidikan pembangunan, kredit produksi, kegiatan bersama (kelompok) oleh petani, perbaikan dan perluasan areal lahan, perencanaan nasional pembangunan pertanian. Sedangkan penyuluh berperan sebagai Pengisi kehampaan pedesaan, Penyebar hasil-hasil penelitian, Pelatih pengambilan keputusan, Rekan pemberi semangat, Pendorong peningkatan produksi suatu komoditas, Pelayan pemerintah. Untuk membangun pertanian diperlukan metode yang tepat dalam penyuluhan.

4.2 Saran

Saran yang dapat penulis berikan antara lain :

1. Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan kesejahteraan penyuluh dan petani.

2. Petani sebaiknya aktif mencari informasi, tidak hanya pasrah kepada keadaan.

3. Pihak swasta dihimbau agar membantu sektor pertanian.

4. Kepada masyarakat luas diharapkan membuka pandangan terhadap masa depan pertanian Indonesia.



BAB V DAFTAR PUSTAKA


Eaton, Joseph W, ed. 1986. Pembangunan lembaga dan pembangunan Nasional: dari konsep ke aplikasi, penerjemah Pandam Guritno Aldi Jeni. Jakarta: UI press.

Hamirta, Dini. 2006. Modal Sosial Perempuan Sunda Sebagai Petani Gurem dalam Kemiskinan. Skripsi. Sarjana Fakultas Ekologi Manusia IPB.


Mugniesyah,Siti Sugiyah M. 2006. Penyuluhan Pertanian Bagian 1 : Peranan Penyuluhan Pertanian dalam Pembangunan Pertanian. Bogor: IPB Press.


Robbins, Stephen P. and Mary Coulter. 2005. Manajemen –Ed. 7–jilid 2, alih bahasa T. Hermaya; Penyunting bahasa Bambang Sarwiji. Jakarta: Indeks.


Sastraatmaja, IR Entang. 1993. Penyuluhan Pertanian. Bandung: Alumni.

Sumarwan, Ujang. 2002. Perilaku Konsumen. Bogor: IPB press.

Yustina, Ida & Adjat Sudrajat, ed. 2002. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. hal. 31. Bogor: IPB press. hal. 31

http://io.ppi-jepang.org/article.php?id=153 [29 Des 07, 10:50]

http://www.indomedia.com/bpost/012000/20/opini/opini1.htm [29 Des 07, 10:57]

[1] Siti Sugiyah M. Mugniesyah, Penyuluhan Pertanian Bagian 1 : Peranan Penyuluhan Pertanian dalam Pembangunan Pertanian (Bogor: IPB Press, 2006), hal.1

[2] Ibid., hal. 3

[3] http://io.ppi-jepang.org/article.php?id=153 [29 Des 07, 10:50]

[4] Ibid

[5] Stephen P. Robbins and Mary Coulter, Manajemen –Ed. 7–jilid 2, alih bahasa T. Hermaya; Penyunting bahasa Bambang Sarwiji (Jakarta: Indeks, 2005), hal. 10

[6] Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen (Bogor: IPB press, 2002). hal. 173

[7] http://www.indomedia.com/bpost/012000/20/opini/opini1.htm [29 Des 07, 10:57]

[8] Margono, Perspektif Ilmu Penyuluhan Pembangunan Menyongsong Era Tinggal Landas dalam Membentuk pola perilaku manusia pembangunan, Ida Yustina & Adjat Sudrajat, ed. (Bogor: IPB press, 2002) hal. 31

[9] Mugniesyah, op. cit., hal. 13

No comments:

Post a Comment