a. Tahapan Pembentukan Kelompok
Perkembangan sebuah kelompok selalu berbeda satu dengan yang lainnya. Namun demikian, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk membentuk sebuah kelompok. Berikut ini adalah beberapa tahapan dalam pembentukan kelompok.
Forming. Forming adalah tahap orang berkumpul dan membentuk sebuah kelompok. Pada suatu kegiatan, tidak sedikit peserta yang mengikutinya karena penugasan. Kondisi seperti ini tidak jarang menimbulkan perasaan was-was maupun keraguan di hati peserta tersebut. Beberapa pertanyaan yang mungkin muncul adalah “Apakah saya dapat mengikuti kegiatan ini dengan baik?” atau “Apakah saya dapat berbaur dengan peserta yang lain?”. Seorang fasilitator diharapkan dapat memastikan bahwa setiap peserta yang terlibat dalam kegiatan tersebut merasa nyaman dengan lingkungan barunya tersebut. Berikan perhatian secara khusus kepada peserta. Berikan waktu kepada para peserta untuk saling mengenal satu sama lain. Pada kesempatan ini, fasilitator dapat pula menggunakan permainan yang memecah kekakuan (ice breaker).
Forming. Forming adalah tahap orang berkumpul dan membentuk sebuah kelompok. Pada suatu kegiatan, tidak sedikit peserta yang mengikutinya karena penugasan. Kondisi seperti ini tidak jarang menimbulkan perasaan was-was maupun keraguan di hati peserta tersebut. Beberapa pertanyaan yang mungkin muncul adalah “Apakah saya dapat mengikuti kegiatan ini dengan baik?” atau “Apakah saya dapat berbaur dengan peserta yang lain?”. Seorang fasilitator diharapkan dapat memastikan bahwa setiap peserta yang terlibat dalam kegiatan tersebut merasa nyaman dengan lingkungan barunya tersebut. Berikan perhatian secara khusus kepada peserta. Berikan waktu kepada para peserta untuk saling mengenal satu sama lain. Pada kesempatan ini, fasilitator dapat pula menggunakan permainan yang memecah kekakuan (ice breaker).
Informing. Informing merupakan tahap dimana kelompok yang baru terbentuk tersebut diberi penjelasan tentang tujuan dari kegiatan yang akan diselenggarakan. Pada tahap ini biasanya akan didapati interaksi antaranggota karena setiap peserta mulai sadar bahwa mereka menuju pada tujuan yang sama. Seorang fasilitator biasanya akan mencari titik pijak yang sama, dan membentuk visi, misi, serta tujuan kelompok. Fasilitator diharapkan dapat menggunakan kegiatan pengenalan dan agenda yang jelas.
Storming. Pada tahap ini, pembangunan peran diantara masing-masing peserta mulai terbentuk. Storming merupakan fase yang sangat penting dalam dinamika kelompok, karena pada tahap ini akan terjadi tarik menarik, uji coba, bahkan konflik. Benturan antarpribadi sangat mungkin terjadi pada tahap ini – bahkan benturan antara peserta dengan pemimpin kelompok. Seorang fasilitator diharapkan dapat memberikan dukungan kepada seluruh kelompok. Dengan mengembangkan dan menggunakan teknik-teknik fasilitasi, fasilitator juga perlu senantiasa mengingatkan peserta akan tujuan dan norma-norma kelompok. Usahakan agar fasilitator dapat menjaga terjadinya keterbukaan dan mendorong setiap peserta untuk mengatasi konflik yang terjadi.
Norming. Tahapan ini merupakan tahap stabilisasi dimana aturan, ritual, dan prosedur telah ditetapkan dan diterima oleh seluruh peserta. Peserta telah menyepakati identitas perasn sehingga terciptanya suasana kebersamaan. Jalan menuju kemajuan disepakati dan disetujui bersama. Fasilitator diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menghaluskan proses. Jika diperlukan, perbaiki atau sesuaikan norma yang ada, untuk kemudian diserahkan kembali implementasinya kepada kelompok.
Mourning. Mourning merupakan tahap akhir dari proses pembentukan sebuah kelompok. Pada tahapan ini, seluruh tugas telah selesai dikerjaan dan tujuan utama pembentukan kelompok sudah terpenuhi. Siklus kehidupan kelompok secara resmi telah berakhir. Terkadang muncul rasa sedih diantara peserta. Sebagian mulai memikirkan tugas lain yang telah menanti. Fasilitator yang baik diharapkan dapat membantu peserta dalam mempersiapkan masa transisi dari pembentukan kelompok menuju bubarnya kelompok. Pastikan bahwa ada semacam ‘ritual’ perpisahan, baik secara individu maupun secara kelompok.
Transforming. Pada tahapan ini, tim telah menjadi dinamis karena pembentukan kelompok sudah terjadi dan mulai ada perubahan baik di masing-masing peserta maupun pada kelompok secara keseluruhan. Sebagai seorang fasilitator, diharapkan dapat menunjukkan dukungan dan rasa percaya kepada kelompok. Hargai perubahan yang terjadi dengan memberikan pujian. Yang perlu diingat adalah sebaiknya pujian yang diberikan tidak berlebihan.
Storming. Pada tahap ini, pembangunan peran diantara masing-masing peserta mulai terbentuk. Storming merupakan fase yang sangat penting dalam dinamika kelompok, karena pada tahap ini akan terjadi tarik menarik, uji coba, bahkan konflik. Benturan antarpribadi sangat mungkin terjadi pada tahap ini – bahkan benturan antara peserta dengan pemimpin kelompok. Seorang fasilitator diharapkan dapat memberikan dukungan kepada seluruh kelompok. Dengan mengembangkan dan menggunakan teknik-teknik fasilitasi, fasilitator juga perlu senantiasa mengingatkan peserta akan tujuan dan norma-norma kelompok. Usahakan agar fasilitator dapat menjaga terjadinya keterbukaan dan mendorong setiap peserta untuk mengatasi konflik yang terjadi.
Norming. Tahapan ini merupakan tahap stabilisasi dimana aturan, ritual, dan prosedur telah ditetapkan dan diterima oleh seluruh peserta. Peserta telah menyepakati identitas perasn sehingga terciptanya suasana kebersamaan. Jalan menuju kemajuan disepakati dan disetujui bersama. Fasilitator diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menghaluskan proses. Jika diperlukan, perbaiki atau sesuaikan norma yang ada, untuk kemudian diserahkan kembali implementasinya kepada kelompok.
Mourning. Mourning merupakan tahap akhir dari proses pembentukan sebuah kelompok. Pada tahapan ini, seluruh tugas telah selesai dikerjaan dan tujuan utama pembentukan kelompok sudah terpenuhi. Siklus kehidupan kelompok secara resmi telah berakhir. Terkadang muncul rasa sedih diantara peserta. Sebagian mulai memikirkan tugas lain yang telah menanti. Fasilitator yang baik diharapkan dapat membantu peserta dalam mempersiapkan masa transisi dari pembentukan kelompok menuju bubarnya kelompok. Pastikan bahwa ada semacam ‘ritual’ perpisahan, baik secara individu maupun secara kelompok.
Transforming. Pada tahapan ini, tim telah menjadi dinamis karena pembentukan kelompok sudah terjadi dan mulai ada perubahan baik di masing-masing peserta maupun pada kelompok secara keseluruhan. Sebagai seorang fasilitator, diharapkan dapat menunjukkan dukungan dan rasa percaya kepada kelompok. Hargai perubahan yang terjadi dengan memberikan pujian. Yang perlu diingat adalah sebaiknya pujian yang diberikan tidak berlebihan.
b. Keunikan Kelompok
Yang menarik adalah setiap kelompok selalu memiliki dinamikanya sendiri. Menyikapi hal tersebut, seorang fasilitator sebaiknya dapat berperan sebagai penyeimbang – balancer – agar dinamika kelompok dapat mencapai hasil yang diinginkan – performing. Untuk menyeimbangkan dinamika kelompok, fasilitator perlu mengkombinasikan berbagai teknik fasilitasi seperti menyimak, mengamati, bertanya, probing, menyimpulkan, mengelola perbedaan pendapat, maupun memberikan dorongan – encouraging. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu fasilitator membangun kelompok, antara lain adalah belajar memahami sebanyak mungkin karakter dan sifat-sifat individu ketika ia menjadi anggota kelompok; membentuk kelompok diskusi yang kecil sehingga memungkinkan setiap anggota menyumbangkan pikiran dengan bebas; serta jangan sungkan untuk meminta bantuan seseorang di luar kelompok jika diperlukan.
Dalam sebuah kegiatan kelompok, sangat penting bagi seorang fasilitator untuk melakukan identifikasi secara cepat mengenai perilaku konstruktif serta karakteristik masing-masing peserta. Identifikasi ini akan memudahkan fasilitator dalam mengorganisir dinamika dalam kelompok. Berikut ini adalah beberapa perilaku konstruktif, ciri-cirinya, serta karakter dan intervensi yang dapat dilakukan oleh fasilitator.
Perilaku Konstruktif
Dalam sebuah kegiatan kelompok, sangat penting bagi seorang fasilitator untuk melakukan identifikasi secara cepat mengenai perilaku konstruktif serta karakteristik masing-masing peserta. Identifikasi ini akan memudahkan fasilitator dalam mengorganisir dinamika dalam kelompok. Berikut ini adalah beberapa perilaku konstruktif, ciri-cirinya, serta karakter dan intervensi yang dapat dilakukan oleh fasilitator.
Perilaku Konstruktif
Inisiator. Peserta ini memiliki ciri-ciri selalu aktif mengusulkan gagasan baru untuk didiskusikan serta selalu muncul dengan pendekatan baru untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul.
Pemberi opini. Peserta ini biasanya menyampaikan pandangan yang relevan dan siap menawarkan solusi.
§ Pembangun. Peserta ini biasanya mengembangkan pandangannya dari pendapat orang lain yang terlebih dahulu telah disampaikan.
§ Pembangun. Peserta ini biasanya mengembangkan pandangannya dari pendapat orang lain yang terlebih dahulu telah disampaikan.
Pemberi klarifikasi. Dicirikan dengan selalu memberikan contoh-contoh relevan, menawarkan alasan, mencari pengertian dan pemahaman, melakukan klarifikasi atas masalah.
Penguji. Biasanya selalu mengangkat pertanyaan-pertanyaan untuk ‘menguji’ apakah kelompok sudah siap mengambil keputusan.
Pembuat kesimpulan. Peserta ini biasanya melakukan review atas diskusi dan menyimpulkannya.
Penantang. Selalu menantang kelompok agar berpikir krtitis tentang gagasan mereka sendiri.
Pereda ketegangan. Peserta tipe ini biasanya senantiasa menggunakan humor atau meminta rehat pada saat-saat yang tepat.
Pencari kompromi. Ia biasanya mengalah sewaktu dibutuhkan agar kelompok dapat melangkah maju.
Pencipta keharmonisan. Peserta seperti ini biasanya selalu membantu menciptakan suasana harmonis.
Pemberi semangat. Ia selalu memberi semangat kepada yang lain, bersikap ramah dan memuji.
Penjaga gawang. Ia menjaga agah komunikasi berjalan lancar dan mendorong partisipasi.
Karakter peserta dan intervensi yang dapat dilakukan guna menjaga dinamika kelompok
Pendiam. Orang pendiam harus dihargai apapun bentuk partisipasi mereka. Pada saat di luar ruang pertemuan, berikan semangat. Berikan umpan balik pribadi secara tersendiri. Berikan kesempatan memperoleh materi sebelumnya agar dapat mempersiapkan diri. Luangkan waktu bersama. Bersabarlah. Undang bicara dan cari tahu bagaimana pemahamannya atas isi pertemuan. Dorong kelompok agar membantunya belajar. Bentuklah kelompok diskusi kecil.
Agresif. Cari penyebabnya dan hilangkan jika memungkinkan. Berikan umpan balik. Ubah komposisi kelompok. Ingatkan kelompok tentang norma belajar. Hadapi perilakunya ketika terjadi dan perkuat perilaku lain ketika terjadi. Bentuk kelompok alternatif non-agresif. Diskusikan akibat perilakunya dengan seluruh anggota kelompok.
Dominatif. Luangkan waktu, berikan umpan balik. Catat tingkat partisipasinya. Buat kelompok dengan anggota yang memiliki karakteristik serupa. Undang agar ikut bertanggung jawab atas peran peserta yang lain. Kembangkan sikap asertif terhadap orang lain.
Menarik diri. Cari alasannya. Berikan peran padanya saat memberikan tugas kepada kelompok. Perkuat, berikan semangat. Dukung partisipasinya dan berikan tanggung jawab khusus. Tempatkan pada kelompok yang mau memberikan dukungan. Terima keputusannya dan bersabarlah. Dorong terus partisipasinya.
Pelawak. Ingatkan kelompok akan manfaat dan penyalahgunaan humor. Hadapi perilakunya. Berikan umpan balik – beri waktu agar bisa berubah. Dukung perilaku peserta yang berbeda dengan perilaku orang ini.
Penyendiri. Tunjukkan sikap menerima. Berikan umpan balik jika sesuai. Berikan dukungan khusus. Alokasikan peran atau tanggung jawab khusus. Dukung – ciptakan kesempatan untuk meraih penghargaan.
Pendiam. Orang pendiam harus dihargai apapun bentuk partisipasi mereka. Pada saat di luar ruang pertemuan, berikan semangat. Berikan umpan balik pribadi secara tersendiri. Berikan kesempatan memperoleh materi sebelumnya agar dapat mempersiapkan diri. Luangkan waktu bersama. Bersabarlah. Undang bicara dan cari tahu bagaimana pemahamannya atas isi pertemuan. Dorong kelompok agar membantunya belajar. Bentuklah kelompok diskusi kecil.
Agresif. Cari penyebabnya dan hilangkan jika memungkinkan. Berikan umpan balik. Ubah komposisi kelompok. Ingatkan kelompok tentang norma belajar. Hadapi perilakunya ketika terjadi dan perkuat perilaku lain ketika terjadi. Bentuk kelompok alternatif non-agresif. Diskusikan akibat perilakunya dengan seluruh anggota kelompok.
Dominatif. Luangkan waktu, berikan umpan balik. Catat tingkat partisipasinya. Buat kelompok dengan anggota yang memiliki karakteristik serupa. Undang agar ikut bertanggung jawab atas peran peserta yang lain. Kembangkan sikap asertif terhadap orang lain.
Menarik diri. Cari alasannya. Berikan peran padanya saat memberikan tugas kepada kelompok. Perkuat, berikan semangat. Dukung partisipasinya dan berikan tanggung jawab khusus. Tempatkan pada kelompok yang mau memberikan dukungan. Terima keputusannya dan bersabarlah. Dorong terus partisipasinya.
Pelawak. Ingatkan kelompok akan manfaat dan penyalahgunaan humor. Hadapi perilakunya. Berikan umpan balik – beri waktu agar bisa berubah. Dukung perilaku peserta yang berbeda dengan perilaku orang ini.
Penyendiri. Tunjukkan sikap menerima. Berikan umpan balik jika sesuai. Berikan dukungan khusus. Alokasikan peran atau tanggung jawab khusus. Dukung – ciptakan kesempatan untuk meraih penghargaan.
No comments:
Post a Comment