Sunday, 27 January 2013

Potret Aplikasi Teknologi Informasi dalam Dunia Penyuluhan Pertanian Nusantara . . .


Kawan, mungkin untuk sekedar perbandingan, di negeri tetangga kita, Jepang, aktivitas Penyuluhan Pertanian (meliputi pertanian, perikanan, dan kehutanan) telah dilakukan dengan cara dan proses yang sangat modern sejak beberapa tahun silam.
Di Jepang, formulasi penyebaran informasi sebagai promosi, mengawali kegiatan penyuluhan dan komunikasi inovasi teknologi, bertumpu pada penggunaan komputer dan teknologi informasi yang lebih efektif dan efisien. Materi informasinya bukan hanya inovasi teknologi, tetapi juga inovasi kelembagaan, metode penyelenggaraan penyuluhan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya. Pemeran utama dalam hal ini justru bukan semata dari kelembagaan Pemerintah Jepang, melainkan juga dari Organisasi Non Pemerintah yaitu Asosiasi Pembangunan dan Penyuluhan Pertanian Jepang (Japan Agricultural Development and Extension Assosiation). Asosisasi ini telah membangun suatu sistem pertukaran informasi diantara para Pemandu Penyuluhan Pertanian pada setiap wilayah pengembangan, dengan materi kumpulan kasus-kasus Penyuluhan Pertanian yang berbasis pada Programa Penyuluhan, informasi tentang Metode Penyuluhan, informasi teknis komoditas yang dikembangkan para petani, dan informasi tentang temuan inovasi teknologi oleh Lembaga Penelitian Pertanian.
Dengan perangkat teknologi informasi ini, para Pemandu Penyuluhan petanian dapat dengan cepat mempertukarkan informasi spesifik lokasi ke wilayah pengembangan lainnya. Perangkat yang digunakan berkembang seiring waktu. Jika pada tahun 1975 sebagai awal penerapannya menggunakan “Surat Berantai” (Snail Letter), maka pada tahun 1985 beralih dengan menggalakkan penggunaan faximili, dan sejak tahun 1990 diramaikan dengan penggunaan jaringan komunikasi personal yang diberi nama Nilai Tambah Jaringan Kerja Penyuluhan (Fukyu/Extension Value Added). Jaringan komunikasi yang paling populer diterapkan pada tahun 2000 sampai saat ini, sistem ini diberi nama Jaringan Kerja Informasi Penyuluhan (Extension Information Network) atau disingkat El-Net, dipadukan dengan internet, home page, dan dioperasikan oleh Pusat Teknologi Informasi Jepang.
Metode yang digunakan dalam menyampaikan penyuluhan adalah hal yang sangat penting dalam mempengaruhi keefektifan pencapaian tujuan akhir dari adanya kegiatan penyuluhan yang bersangkutan. Sementara jika kita melihat di Jepang, maka kita dapat melihat metode penyuluhan yang digunakan adalah melalui penerapan Sistem Teknologi Informasi dan Multimedia yang dianggap mampu meningkatkan keberhasilan serta mengatasi hambatan dalam pencapaian tujuan akhir dari aktivitas penyuluhan itu secara efektif, yang memang sedianya mampu merubah sasaran penyuluhan yakni petani dalam hal Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan (PSK), dan pada akhirnya akan tercapainya Better Farming, Better Business, Better Living, n Better Community (4B) dalam masyara kata petani itu sendiri.
Lalu, Bagaimana dengan Penyuluhan di Indonesia sendiri?
Kini di Era Komunikasi Global dimana perangkat Teknologi Informasi berupa internet yang semarak dengan penyelenggara komersial berupa Warung Internet (Warnet), bukan lagi barang asing di Indonesia. Terlebih lagi, perangkat Teknologi Informasi pada tingkat Departemen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai-Balai Penelitian dan Pengembangan Komoditas Pertanian sebagai penghasil inovasi teknologi pertanian, juga telah memadai. Di tingkat wilayah saat ini terdapat kurang lebih 30 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), perangkat organisasi Badan Litbang Pertanian yang mengakuisisi peran Balai Informasi Pertanian tempo dulu, berperan sebagai penghasil Teknologi Tepat Guna Spesifik Lokasi, sekaligus memberikan contoh diseminasinya, kini juga dilengkapi dengan perangkat Teknologi Informasi. Dengan demikian, perangkat pemerintah pusat dan sumber-sumber inovasi teknologi, termasuk perangkatnya di wilayah pengembangan pertanian nampaknya siap berperan tanpa hambatan.
Oleh karena itu, tiba saatnya perhatian dan upaya difokuskan pada penyediaan perangkat Teknologi Informasi yang diarahkan kepada pengguna inovasi teknologi secara lokal baik di tingkat kabupaten (Badan Pelaksana Penyuluhan/Bapeluh) dan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di tingkat kecamatan, yang memang bersentuhan langsung dengan berjuta petani yang haus akan inovasi teknologi dan rekayasa kelembagaan pedesaan progresif, melengkapi sistem, media dan metode penyuluhan konvensional kita saat ini yang sedang bergelut dengan peningkatan kinerjanya.
Jika mau membandingkan antara Jepang vs Indonesia, Penyuluhan Pertanian Indonesia di Era Globalisasi saat ini terpaut 20 tahun ke belakang dari segi waktu dengan Penyuluhan Pertanian yang ada di Jepang saat ini . Namun, setidaknya arah menuju kesana telah mulai dirintis oleh pemerintah kita, melalui departemen pertanian, perikanan, maupun kehutanannya setelah dicanangkannya program Revitalisasi Pertanian. Apalagi yang terbaru telah dibentuknya suatu badan non departemen yang bergerak di sektor penyuluhan pertanian yakni Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Bakorluh) di berbagai propinsi di Indonesia yang ditopang oleh kinerja PERHIPTANI (Perhimpunan Penyuluhan Pertanian Indonesia/Indonesian Agricultural Extension Association) yang menandakan akan diaktifkannya kembali Sektor Penyuluhan Pertanian yang telah lama tertidur pulas . Kini adalah waktu yang tepat untuk bangun dan memajukan pertanian Indonesia, tentunya melalui sektor penyuluhan pertanian ini sebagai ujung tombak. Lahirnya website-website dari lembaga-lembaga penyuluhan tersebut, serta tampilnya beragam aplikasi Teknologi Informasi dan Multimedia di dalam aktivitas penyuluhan akan membawa sektor penyuluhan Indonesia untuk semakin efektif dan berkembang demi kesejahteraan petani Indonesia pada khususnya serta kemajuan pertanian Indonesia pada umumnya. Amin .

No comments:

Post a Comment