Friday, 20 April 2012

FINLANDIA PINTAR, INDONESIA TERTINGGAL


Mengapa mutu pendidikan Finlandia terbaik di dunia?

Peta Finlandia
Sistem pendidikan Finlandia adalah yang terbaik di dunia. Rekor prestasi belajar siswa yang terbaik di negara-negara OECD dan di dunia dalam membaca, matematika, dan sains dicapai para siswa Finlandia dalam tes PISA.  Amerika Serikat dan Eropa, seluruh dunia gempar.
Untuk tiap bayi yang lahir kepada keluarganya diberi maternity package yang berisi 3 buku bacaan untuk ibu, ayah, dan bayi itu sendiri. Alasannya, PAUD adalah tahap belajar pertama dan paling kritis dalam belajar sepanjang hayat. Sebesar 90% pertumbuhan otak terjadi pada usia balita dan 85% brain paths berkembang sebelum anak masuk SD (7 tahun).
Kegemaran membaca aktif didorong. Finlandia menerbitkan lebih banyak buku anak-anak daripada negeri mana pun di dunia. Guru diberi kebebasan melaksanakan kurikulum pemerintah, bebas memilih metode dan buku teks. Stasiun TV menyiarkan program berbahasa asing dengan teks terjemahan dalam bahasa Finish sehingga anak-anak bahkan membaca waktu nonton TV.
Pendidikan di sekolah berlangsung rileks dan masuk kelas siswa harus melepas sepatu, hanya berkaus kaki. Belajar aktif diterapkan guru yang semuanya tamatan S2 dan dipilih dari the best tenlulusan universitas. Orang merasa lebih terhormat jadi guru daripada jadi dokter atau insinyur. Frekuensi tes benar-benar dikurangi. Ujian nasional hanyalah Matriculation Examination  untuk masuk PT. Sekolah swasta mendapatkan dana sama besar dengan dana untuk sekolah negeri.
Sebesar 25% kenaikan pendapatan nasional Finlandia disumbangkan oleh meningkatnya mutu pendidikan. Dari negeri agraris yang tak terkenal kini Finlandia maju di bidang teknologi. Produk HP Nokia misalnya merajai pasar HP dunia. Itulah keajaiban pendidikan Finlandia.
Kemajuan sebuah bangsa lebih ditentukan oleh karakter penduduknya dan karakter penduduk dibina lewat pendidikan yang bermutu dan relevan.
Bagaimana Indonesia?
Ada yang berpendapat,  keunggulan mutu pendidikan Finlandia itu tidak mengherankan karena negeri ini amat kecil dengan jumlah penduduk sekitar 5 juta jiwa,  penduduknya homogen,  dan negaranya sudah eksis sekian ratus tahun. Sebaliknya,  penduduk Indonesia lebih dari 220 juta jiwa, amat majemuk terdiri dari beragam suku, agama, budaya, dan latar belakang sosial.  Indonesia baru merdeka 66 tahun.
Pendapat senada dikemukakan oleh tokoh-tokoh dan pemerhati pendidikan Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jepang,  dan negara-negara lain dibandingkan dengan negaranya. Yang paling malu AS karena unit cost anggaran pendidikannya jauh melebihi Finlandia tapi siswanya mencapai ranking 17 dan 24 dalam tes PISA, sedangkan siswa Shanghai China ranking 1, Finlandia 2, dan Korea Selatan 3. Soal siswa di Shanghai China juara masih diragukan karena belum menggambarkan keadaan mutu seluruh pendidikan China. Kalau Finlandia sebagai negara kecil bisa juara mengapa negara kecil yang sudah established seperti Islandia, Norwegia, New Zealand tak bisa?
Akhirnya semua mengakui bahwa sistem pendidikan Finlandia yang terbaik di dunia karena kebijakan-kebijakan pendidikan konsisten selama lebih dari 40 tahun walau partai yang memerintah berganti. Secara umum kebijakan-kebijakan pendidikan China dan Korea Selatan (dan Singapura) juga konsisten dan hasilnya terlihat sekarang.
Kebijakan-kebijakan pendidikan Indonesia cenderung tentatif, suka coba-coba, dan sering berganti.
Lalu bagaimana dengan kebijakan pendidikan Indonesia jika dibandingkan dengan Finlandia?
1. Kita masih asyik memborbardir siswa dengan sekian banyak tes (ulangan harian, ulangan blok, ulangan mid-semester, ulangan umum / kenaikan kelas, dan ujian nasional). Finlandia menganut kebijakan mengurangi tes jadi sesedikit mungkin. Tak ada ujian nasional sampai siswa yang menyelesaikan pendidikan SMA mengikuti matriculation examination untuk masuk PT.
2. Kita masih getol menerapkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sehingga siswa yang gagal tes harus mengikuti tes remidial dan masih ada tinggal kelas. Sebaliknya, Finlandia menganut kebijakanautomatic promotion, naik kelas otomatis. Guru siap membantu siswa yang tertinggal sehingga semua naik kelas.
3. Kita masih berpikir bahwa PR amat penting untuk membiasakan siswa disiplin belajar. Bahkan, di sekolah tertentu, tiada hari tanpa PR. Sebaliknya, di Finlandia PR masih bisa ditolerir tapi maksimum hanya menyita waktu setengah jam waktu anak belajar di rumah.
4. Kita masih pusing meningkatkan kualifikasi guru SD agar setara dengan S1, di Finlandia semua guru harus tamatan S2.
5. Kita masih menerima calon guru yang lulus dengan nilai pas-pasan, sedangkan di Finlandia the best ten lulusan universitas yang diterima menjadi guru.
6. Kita masih sibuk memaksa guru membuat silabus dan RPP mengikuti model dari Pusat dan memaksa guru memakai buku pelajaran BSE (Buku Sekolah Elektronik), di Finlandia para guru bebas memilih bentuk atau model persiapan mengajar dan memilih metode serta buku pelajaran sesuai dengan pertimbangannya.
7. Hanya segelintir guru di tanah air yang membuat proses belajar-mengajar itu menyenangkan (learning is fun) melalui penerapan belajar aktif. Terbanyak guru masih getol mengajar satu arah dengan metode ceramah amat dominan. Sedangkan, di Finlandia terbanyak guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan melalui implementasi belajar aktif dan para siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Motivasi intrinsik siswa adalah kata kunci keberhasilan dalam belajar.
Apakah benda ini melayang, terapung atau tenggelam?
8. Di tanah air kita terseret arus mengkotak-kotakkan siswa dalam kelas reguler dan kelas anak pintar, kelas anak lamban berbahasa Indonesia dan kelas bilingual (bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar) dan membuat pengkastaan sekolah (sekolah berstandar nasional, sekolah nasional plus, sekolah berstandar internasional, sekolah negeri yang dianakemaskan dan sekolah swasta yang dianaktirikan). Sebaliknya di Finlandia, tidak ada pengkotakan siswa dan pengkastaan sekolah. Sekolah swasta mendapatkan besaran dana yang sama dengan sekolah negeri.
9. Di Indonesia bahasa Inggris wajib diajarkan sejak kelas I SMP, di Finlandia bahasa Inggris mulai diajarkan dari kelas III SD. Alasan kebijakan ini adalah memenangkan persaingan ekonomi di Eropa, membuka kesempatan kerja lebih luas bagi lulusan, mengembangkan wawasan menghargai keanekaragaman kultural.
10. Di Indonesia siswa-siswa kita ke sekolah sebanyak 220 hari dalam setahun (termasuk negara yang menerapkan jumlah hari belajar efektif dalam setahun yang tertinggi di dunia). Sebaliknya, siswa-siswa Finlandia ke sekolah hanya sebanyak 190 hari dalam satu tahun. Jumlah hari liburnya 30 hari lebih banyak daripada di Indonesia. Kita masih menganut pandangan bahwa semakin sering ke sekolah anak makin pintar, mereka malah berpandangan semakin banyak hari libur anak makin pintar.

24 Tanggapan ke “Mengapa mutu pendidikan Finlandia terbaik di dunia?”

  1. S Belen Berkata:
    CATATAN TAMBAHAN terhadap ulasan Pak Sirilus.
    Sedikit tambahan terhadap ulasan Pak Sirilus dalam BLOG-nya mengenai pendidikan di Finlandia. FINLANDIA amat maju dalam dunia pendidikan justru karena didukung oleh hal-hal berikut ini:
    1. Setiap anak diwajibkan mempelajari bahasa Inggris serta wajib membaca satu buku setiap minggu.
    2. Sistem pendidikannya yang gratis sejak TK hingga tingkat universitas.
    3. Wajib belajar diterapkan kepada setiap anak sejak umur 7 tahun hingga 14 tahun.
    4. Selama masa pendidikan berlangsung, guru mendampingi proses belajar setiap siswa, khususnya mendampingi para siswa yang agak lamban atau lemah dalam hal belajar. Malah terhadap siswa yang lemah, sekolah menyiapkan guru bantu untuk mendampingi siswa tersebut serta kepada mereka diberikan les privat.
    5. Setiap guru wajib membuat evaluasi mengenai perkembangan belajar dari setiap siswa.
    6. Ada perhatian yang khusus terhadap siswa-siswa pada tahap sekolah dasar, karena bagi mereka, menyelesaikan atau mengatasi masalah belajar bagi anak umur sekitar 7 tahun adalah jauh lebih mudah daripada siswa yang telah berumur 14 tahun.
    7. Orang tua bebas memilih sekolah untuk anaknya, meskipun perbedaan mutu antar-sekolah amat sangat kecil.
    8. Semua fasilitas belajar-mengajar dibayar serta disiapkan oleh negara.
    9. Negara membayar biaya kurang lebih 200 ribu Euro per siswa untuk dapat menyelesaikan studinya hingga tingkat universitas
    10. Baik miskin maupun kaya semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk belajar serta meraih cita-citanya karena semua ditanggung oleh negara
    11. Pemerintah tidak segan-segan mengeluarkan dana demi peningkatan mutu pendidikan itu sendiri.
    12. Makan-minum di sekolah serta transportasi anak menuju ke sekolah semuanya ditangani oleh pemerintah.
    13. Biaya pendidkan datang dari pajak daerah, provinsi, serta dari tingkat nasional.
    14. Khusus mengenai para GURU: setiap guru menerima gaji rata-rata 3400 euro per bulan. Guru disiapkan bukan saja untuk menjadi seorang profesor atau pengajar, melainkan disiapkan juga khususnya untuk menjadi seorang ahli pendidikan. Makanya, untuk menjadi guru pada sekolah dasar atau TK saja, guru itu harus memiliki tingkat pendidikan universitas.
    Inilah beberapa catatan mengenai RAHASIA atau filosofi KEBERHASILAN PENDIDIKAN DI FINLANDIA.
    Apakah di Indonesia, pemerintah kita siap atau bersedia menerapkan sistem pendidikan seperti di Finlandia…? Saya kira…, setelah membaca ulasan Pak Sirilus dalam BLOG-nya, saya cuma hanya bisa mengatakan: “MAKSUD HATI MEMELUK GUNUNG, APA DAYA TANGAN TAK SAMPAI”.
    P. Anis Luan, svd – Argentina
  2. S Belen Berkata:
    Pak Belen,
    Danke banyak lai…Mantap sekali informasinya…Bisa jadi motivasi buat semua guru di wilayah kerja.
    Best,
    Harlin Suluki
    Senior Project Officer, Save the Children, Ambon
    Terima kasih Pak Sil.
    Finlandia memang maju beberapa langkah ke depan, sementara kita bukan saja berjalan di tempat, tetapi bahkan mundur.
    Saya lagi mau dalami Filandia, siapa tahu bisa nulis ke koran hehe…
    Salam selamat pagi
    Robert Bala, Jakarta
    Halo Pak Sirilus,
    Ini hanya sekedar info. Hong Kong barangkali lebih dikenal sebagai pusat perdagangan, tapi tidak ketinggalan dalam dunia pendidikan. Mungkin tidak termasuk dalam kategori ter-TOP di dunia, tapi sistem pendidikannya baik dan bermutu. Peranan sekolah swasta masih kuat. Sekolah-sekolah Katolik misalnya masih jadi rebutan.
    Dalam 10 tahun terakhir Kemdiknas Hong Kong menggalakkan apa yang dikenal sebagai LEUNG MAN SAAM YU (maaf ini bahasa Kanton yang artinya DUA BUDAYA TIGA BAHASA). Dua Budaya: Cina dan Asing (tentu lebih condong ke budaya barat, secara khusus Inggris), Tiga bahasa: Kanton, Mandarin dan Inggris. Program tersebut diterapkan dari tingkat TK – SLTA. Dalam menerapkan program tersebut, pemerintah Hong Kong sangat suportif, bantuan finansial mengalir bagaikan air Bengawan Solo tapi pengawasan juga sangat ketat.
    Salam,
    Aloys Nato, svd, Hongkong
  3. henry Berkata:
    Wah luar biasa, konsepnya sangat sederhana tapi aplikatif. Tidak ada yang sulit untuk ditiru apalagi hasilnya sudah nyata. Tinggal kemauan pemerintah saja, tapi bila pemerintah juga masih enggan memulai ya kita mulai dari diri dan keluarga kita sendiri saja …..
  4. sudadi Berkata:
    Pemerintah sudah memulai tetapi amat sangat lambat,………?
  5. antonius lukas subekty Berkata:
    Dear Pak S Belen,
    Salam kenal.
    Ya, perjuangan kita bersama untuk mulai fokus pada pendidikan yang menomorsatukan anak didik daripada sibuk dengan berbagai hal di luar konteks.
    Ayo maju bersama!
  6. mrjoesoeph Berkata:
    Pak Belen, tulisan Bapak tentang Finlandia memang menggugah hati. Semestinya kita tak boleh pesimis. Kalau saya mengikuti anjuran Nabi saya “ibda’ bi nafsik” mulailah dari dirimu sendiri. Banyak guru yang menyalahkan kurikulum tapi mereka tidak mau berbuat dengan pemikiran yang “out of the box”. Coba kalau mereka mau berpikir lebih kreatif. Semua bisa kita lakukan asal memiliki tekad yang membaja. Indonesia merdeka dengan bambu runcing mengalahkan senjata modern. Mengapa sekarang kita tak bisa mencontoh jejak mereka?
  7. S Belen Berkata:
    Perkenankan membaca komentar dalam milis Sahabat Flobamora. Terima kasih. SB
    Sahabat Flobamora terkasih,
    Sekadar berpartisipasi dalam sharing informasi yang diinisiasi oleh Pak Belen di blog-nya tentang sistem pendidikan Finlandia, saya ingin memberikan catatan singkat juga. Saya akan lebih banyak memfokuskan perhatian untuk menyoroti sumber dari segala persoalan yang menyebabkan rendah atau merosotnya mutu pendidikan di tanah air. Dalam pandangan saya, sumber dari segala persoalannya adalah masalah korupsi yang seakan sudah menjadi “karakter bangsa” ini. Di luar korupsi, semuanya hanyalah merupakan dampak ikutan atau lanjutannya.
    Apa artinya? Sepanjang bangsa ini masih sangat akrab dengan praktik korupsi dan manipulasi sebagai karakternya, maka:
    1. Negara ini tidak akan mampu menyediakan biayai pendidikan demi peningkatan mutu pendidikan sebagaimana dilakukan pemerintah Finlandia, sebab semua sumber biaya pendidikan, baik dari pajak maupun bukan pajak akan habis dikorupsi, dimanipulasi atau diselewengkan.
    2. Negara ini tidak akan mampu membangun atau menyediakan berbagai fasilitas belajar-mengajar bermutu sebagaimana dilakukan pemerintah Finlandia.
    3. Negara ini tidak akan mampu menyediakan fasilitas pendidikan yang gratis sejak TK hingga tingkat universitas sebagaimana dilakukan pemerintah Finlandia, sehingga kesempatan untuk belajar serta meraih cita-citanya seakan hanya menjadi milik kalangan keluarga kaya.
    4. Negara ini tidak akan mampu menyediakan makan-minum di sekolah serta transportasi anak menuju ke sekolah sebagaimana dilakukan pemerintah Finlandia.
    5. Negara ini tidak akan mampu memberikan perhatian yang istimewa terhadap profesi guru yang diwujudkan dalam kompensasi gaji guru dengan bayaran tinggi sebagaimana dilakukan pemerintah Finlandia, sehingga guru di Indonesia sangat dominan berasal dari kalangan yang memang tidak disiapkan khusus untuk menjadi guru, apalagi menjadi seorang profesor atau ahli pengajar atau menjadi seorang ahli pendidikan. Maka, akibat lebih lanjut adalah:
    • Selama masa pendidikan berlangsung, guru-guru di Indonesia enggan bersedia mendampingi proses belajar setiap siswa, khususnya mendampingi para siswa yang agak lamban atau lemah dalam hal belajar. Di samping itu, sekolah malah memilih untuk menurunkan siswa-siswi yang lemah tersebut ke kelas yang lebih rendah karena sekolah tidak menyiapkan guru-guru untuk membantu mendampingi siswa-siswi yang lemah tersebut atau pun memberikan les privat kepada para siswa-siswi tersebut.
    • Guru-guru di Indonesia enggan bersedia menunaikan kewajiban mereka secara sungguh-sungguh membuat evaluasi secara komprehensif mengenai perkembangan belajar dari setiap siswanya.
    • Guru-guru di Indonesia sulit memberikan perhatian yang khusus terhadap siswa-siswanya, terutama pada tahap sekolah dasar sebagaimana dilakukan oleh para guru di Finlandia, sebab guru-guru kita harus mendahulukan kepentingan keamanan masa depan dirinya dan keluarganya, sehingga kepentingan anak dididk mereka menjadi sangat tidak diperhatikan.
    Menaggapi pertanyaan P. Anis Luan “Apakah di Indonesia, pemerintah kita siap atau bersedia menerapkan sistem pendidikan seperti di Finlandia…? Jawabannya tentu tergantung apakah hari ini dan ke depan pemerintah kita serta kita semua mau menjadi musuh bagi para koruptor serta tidak ikut-ikutan dalam praktik korupsi dan / atau memanipulasi dalam bentuk apa pun sehingga tidak melanggengkan atau menyuburkan budaya bangsa berkarater korupsi?”
    Jika jawaban ya, mau menjadi musuh para koruptor dan tidak ikut-ikutan dalam praktik korupsi dan / atau manipulasi dalam bentuk apa pun, pemerintah kita serta kita semua pasti siap dan mampu menerapkan sistem pendidikan seperti di Finlandia. Namun, jika kita masih ragu-ragu atau justru memilih menjawab tidak, JANGANLAH TERLALU BANYAK BERMIMPI untuk bisa menerapkan sistem pendidikan seperti di Finlandia…………!!!!
    Salam,
    Damianus BILO
  8. S Belen Berkata:
    Para Sahabat yg budiman,
    Saya kira apa yang dikatakan Bung Dami ini perlu kita respons untuk siap menjadi musuh koruptor. Karena, saya sangat yakin jika dicermati secara teliti dan detil dari setiap lini kehidupan, sangat mungkin negeri ini sudah dihuni oleh lebih banyak ‘koruptor’ daripada yg tidak korup.
    Dan jika memang kita konsekuen menjadi ‘musuh koruptor’, yang pertama kita hadapi adalah diri sendiri. Kita harus memulai dari diri sendiri; bukan dari orang lain.
    Dan…bagiku inilah yang terberat dalam arena kehidupan ini. Sebab, kelemahan dan kesulitan terbesar manusia – siapa pun dia dan apa posisi dan jabatannya – adalah mempersalahkan diri sendiri. Mungkinkah hal ini bisa terjadi???
    B.Barang Miten, Jakarta
  9. S Belen Berkata:
    Terima kasih pak Belen atas infonya. Mudah-mudahan pendidikan kita ke depan bisa seperti Finlandia.
    Noor Indrastuti, Jakarta
    (Tanggapan lewat email)
  10. S Belen Berkata:
    Bung Sil,
    Saya lagi dalami beberapa informasi tentang Finlandia. Mereka baru bisa petik hasil setelah 30 tahun berjuang secara konsisten dalam perjuangan menata pendidikan. Konsistensi ini saya pikir bisa dalam banyak hal:
    1. Pemerintah yang visioner, yang melihat 30 malah 50 tahun ke depan, lalu menyusun kerangka yang harus ditepati oleh siapa pun yang memerintah. Kita, justru kalah dalam hal konsistensi ini. Kalau menuduh korupsi, saya pikir tidak semuanya benar. Barangkali hal itu sudah agak jarang dilakukan. Yang ada, uang digunakan (dihambur-hamburkan) untuk hal yang tidak perlu.
    2. Finlandia memiliki jurang pemisah pendidikan antarwarga negara yang sangat sedikit. Perbedaan antara wanita-pria, orang miskin-kaya, sangat sedikit. Itu berarti mereka memiliki kerangka untuk mendidik semua orang. Ini saya pikir hebat sekali. Cara pemikiran yang luar biasa.
    3. Perhatian yang tertuju kepada MANUSIA dan BUKAN PENGETAHUAN. Kalau manusia yang menjadi sasaran, maka ia dikembangkan dalam seluruh keberadaannya dan semua aspeknya. Kita memang menguar-uar ‘manusia’ tetapi praktik kita ke pengetahuan..
    Salam. Robert Bala, Jakarta (via email)
  11. S Belen Berkata:
    Dear Robert Bala,
    Yang dikemukakan Robert Bala itu benar semuanya. Banyak negara
    berusaha belajar dari keajaban Finlandia dan sering kita saksikan
    bahwa mereka mencari kambing hitam, seperti negara kita kan
    berpenduduk banyak, masih diganggu terorisme, heteregon terdiri dari
    banyak suku dan ras, GDP dan income per capita berbeda, tingkat melekhuruf berbeda, dsb., dsb.
    Kalau orang membandingkan dengan cara seperti ini ya kita tidak bisa
    mengambil hikmah dari keajaiban Finlandia. Cobalah Robert dan
    teman-teman membaca wacana yang bergulir di Israel waktu mereka
    membandingkan keadaan pendidikannya dengan Finlandia. Kunjungi
    http://www.ynetnews.com/articles/0,7340,L-3478376,00.html
    Analis pada posting ini membandingkan secara statistik dan
    menyimpulkan bahwa faktor penyebab kehebatan pendidikan Finlandia
    adalah gaji guru yang lebih daripada gaji guru di Israel dan karena
    calon mahasiswa keguruan diseleksi superketat. Kaum muda berebutan menjadi guru karena gajinya menggiurkan. Jika kita baca sekian banyak komentar alasan ini digugurkan. Saya sudah kunjungi banyak sekolah yang menggaji guru tinggi tapi prestasi belajar siswanya biasa-biasa saja.
    Dari diskusi orang Israel yang pintar-pintar ini dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor keajaiban pendidikan Finlandia karena sekolah-sekolahnya menerapkan belajar aktif. Dan, belajar aktif ini bisa berjalan mulus, bermutu, dan relevan karena didukung inservice training guru yang bagus. Setiap guru diberi waktu setengah hari (one afternoon) setiap minggu untuk berkunjung ke sekolah lain, ke guru lain untuk melakukan observasi proses belajar-mengajar di sekolah lain
    dan waktu ini juga digunakan untuk merancang kegiatan belajar bersama-sama. Jika waktu ini digunakan untuk inhouse training di tiap sekolah, guru dan kepala sekolah saling berlatih, hebatlah inovasi di sekolah itu.
    Kaidah atau adagium ini yang kami pelajari juga dalam Sosiologi Pendidikan dan sistem supervisi. Hasil studi tes internasional TIMMS (matematika dan sains siswa kelas 2 SMP di lebih dari hampir 50 negara) menyatakan bahwa tidak terlalu penting guru berasal dari institusi pendidikan guru yang superhebat. Yang lebih menentukan adalah apakah guru yang telah bertugas itu mengikuti inservice training yang bermutu dan relevan atau tidak.
    Inilah latar belakang mengapa kami menekankan pengembangan sekolah model melalui inhouse training. Kami hanya memberi contoh dan memotivasi. Setelah 3 kali kunjungan a 3 atau 4 hari, selanjutnya sekolah itu tinggal meneruskan pola inhouse training dan hasilnya akan dipetik atau akan terlihat satu tahun kemudian. Jika sebuah sekolah model di sebuah wilayah kecamatan atau kabupaten sudah ada, ya sekolah ini akan menjadi think tank, sumber SDM (menjadi fasilitator, tutor, penatar) pendorong inovasi di wilayah itu melalui penataran, kegiatan kelompok kerja guru atau musyawarah guru mata pelajaran, studi banding, dan magang.
    Bae-bae jo,
    S.Belen
  12. Ninik Handayani Berkata:
    Jika pemerintah dan jajaran orang-orang yang berkecimpung di dunia pendidikan menyadari betapa pentingnya pendidikan yang bermutu, saya rasa Indonesia punya potensi untuk maju dan bisa bersaing di dunia internasional…
  13. Saniman Al-Prambataniy Berkata:
    Perjuangan memintarkan anak-anak Indonesia masih sangat memprihatinkan. Pemerintah lambat menanganinya dan penyelenggaranya sibuk memikirkan kepentingannya sendiri.
  14. Saniman Al-Prambataniy Berkata:
    Saya prihatin akan pendidikan di Indonesia saat ini. Para pejabat pada korup, memperkaya diri tanpa memperhatikan rakyat.
  15. slamet riyadi Berkata:
    Sangat menarik artikel ini. Seandainya pemerintah kita melakukan hal serupa, bukan alasan penduduknya banyak dan beragam suku bangsa, jika ada niat dan kesungguhan melaksanakannya pasti ada jalan. Sepertinya pemerintah Finlandia memiliki visi yag jelas tentang bangsa dan negaranya, sehingga tidak segan dalam memenuhi kewajibannya yakni membiayai seluruh biaya pendidikan bagi rakyatnya. Mudah-mudahan para pengambil kebijakan memperhatikan artikel ini, jangan lagi berpikir proyek melulu sehingga kebijakan pendidikan menjadi coba-coba terus.
  16. Dani Handoko Berkata:
    Gayus, Nazaruddin, dan banyak koruptor dan politisi busuk, yang usianya masih sangat muda adalah sebuah contoh potret hasil sistem pendidikan selama ini. Quo Vadis Indonesia?
  17. silvana Berkata:
    Pendidikan dasar perlu dilirik lebih dulu untuk pengembangan pendidikan… karena semua berawal dari dasar, yang agaknya kurang disadari oleh sebagian besar pihak dan dipandang remeh… Jangan remehkan dasar karena itu fundasi untuk menjadi besar…
  18. pahri efendi harahap Berkata:
    Negara kita Indonesia bisa seperti negara Finlandia kalau ideologi pendidikan kita harus diperjelas, mau dibawa ke mana pendidikan kita?
  19. Putra Berkata:
    Pak Belen,
    Saya pernah baca (lupa situsnya) alasan mengapa Best top 10 lulusan universitas direkrut menjadi guru. Sekali lagi direkrut! Bukan “diterima.” Kalau diterima kesannya si lulusan yang apply (melamar kerja), terus pemerintah mengadakan seleksi dan hasilnya “diterima/tidak diterima.”
    Menurut saya tidak demikian.
    Salah satunya adalah karena Pemerintah Finlandia memperlakukan guru seperti layaknya profesional dengan gaji yang setara, bahkan mungkin lebih, dibanding dengan pegawai swasta kantoran. So, what’s the reason not to take it selain dari pengabdian diri ke negara dan tawaran paket yg menarik?
    salam
  20. tegoehm Berkata:
    kalo kita bangga jadi guru karena PNS, yang notabene sante kerjanya, tapi beda dengan guru swasta yang memang seneng kerja
  21. Unix Pasty Baix Berkata:
    Dibaca, direnungkan, diaplikasikan… jauh lebih bijak daripada membaca kemudian berkomentar yang merendahkan sesama guru apalagi merendahkan bangsa sendiri… kita harus menatap ke depan agar tahu sejauh mana kita telah tertinggal, tapi untuk memacu lebih cepat, bukan untuk menggerutu kenapa kita masih di belakang
    Insya Allah, jika kita sebagai guru memiliki dedikasi dan integritas tinggi kita juga mampu mendidik anak2 Indonesia menjadi anak2 yang beriman, cerdas, terampil, dan berprestasi…
  22. rikan yesmita Berkata:
    Inspirasi bagi guru di Indonesia. Guru adalah panggilan hati, ikhlas dalam menjalankan tugas bukan hanya karena kewajiban semata. Semoga pendidikan Indonesia lebih maju lagi walau tak bisa sehebat pendidikan di Finlandia.
  23. Halil Berkata:
    Tahniah dari Malaysia. Pemikir-pemikir begini dengan komentar yang bernas bisa membangunkan pendidikan Indonesia pada masa hadapan asalkan pihak pemerintah yang dipilih ikhlas tidak korupsi.
  24. ARNI Berkata:
    Saya yakin Indonesia juga bisa mengobati dunia pendidikannya yang lagi sakit ini, asalkan pemerintah, guru, orang tua berperan aktif melakukan perubahan. Memang banyak sistem yang harus diubah. Mulai dari perekrutan sumber daya manusia (SDM) guru, kurikulum yang selalu pro dan kontra, pelaksanaan belajar-mengajar dan yang paling utama adalah cara pandang terhadap siswa, cara pandang terhadap tujuan pembelajaran. Bagi saya yang seorang guru, mungkin yang dapat dilakukan adalah melakukan pendekatan terhadap siswa yang diperlakukan memang sebagai sosok pribadi manusia yang akan berguna di masa depan nantinya. Masih banyak guru di sekitar saya yang mau membangun dirinya dengan hal-hal yang positif untuk kemajuan. pendidikan. Baik itu guru swasta maupun guru negri.
    Saya guru di sekolah swasta dan juga di sekolah negri. Geli juga ada guru swasta yang comment negatif di atas. Saya rasa itu adalah hasil atau akibat kebijakan pemerintah yang tidak adil sehingga ada kecemburuan antara guru swasta dengan negri, antara guru honor dengan pns, wah pelik memang persoalan guru dan statusnya di Indonesia ini. Hal ini adalah salah satu masalah kenapa dunia pendidikan kita tidak maksimal hasilnya. Sangat berbeda dengan guru finlandia. Kebijakan pemerintah, kita harapkan saja semoga yang berkompeten di pemerintahan adalah manusia2 yang juga terketuk hatinya melakukan perubahan yang lebih baik untuk pendidikan Indonesia ini. AMIN

No comments:

Post a Comment